Metoda geomagnet adalah salah satu
metoda eksplorasi geofisika yang memanfaatkan fenomena kemagnetan bumi untuk
memperkirakan struktur atau kondisi geologi bawah-permukaan (subsurface). Medan magnet bumi secara global berorientasi /
memiliki arah Utara – Selatan.
Kemagnetan batuan secara umum diasumsikan sebagai hasil proses induksi
dengan arah yang sama dengan medan magnet utama bumi. Medan magnet
utama bumi menginduksi mineral-mineral yang bersifat magnetik yang terdapat
pada formasi batuan tertentu.
Pada survey geomagnet
dilakukan pengukuran medan magnet total yang merupakan superposisi antara medan
magnet bumi dan induksi pada batuan.
Titik-titik pengamatan terletak pada lintasan yang ber-arah Utara –
Selatan. Jarak antar titik pengukuran
dalam satu lintasan harus cukup rapat untuk mendeteksi adanya anomali,
sedangkan jarak antar lintasan dapat dibuat relatif lebih jarang.
Berdasarkan hal tersebut,
formasi batuan yang menimbulkan anomali magnetik dan dapat dideteksi oleh
survey geomagnet terutama adalah formasi yang membujur (elongated) dalam arah Barat – Timur. Untuk mencakup daerah survey secara
menyeluruh maka disarankan lintasan pengukuran ber-arah Utara – Selatan dengan
jarak antar lintasan sekitar 25 meter sedangkan jarak antar titik pengamatan
dalam satu lintasan adalah 10 meter.
gambar 1 Intensitas Magnet Total
Data yang telah ter-rekam pada magnetometer, baik yang
digunakan untuk pengukuran di titik pengamatan dan di Base Station di-transfer (download)
ke komputer notebook.
Koreksi diurnal merupakan langkah
awal dalam pengolahan data magnetik. Koreksi diurnal
bertujuan untuk mengkoreksi hasil pengukuran pada titik pengamatan terhadap adanya
variasi medan magnet harian (variasi temporal) sehingga hasil pengukuran tersebut secara murni
menggambarkan variasi spasial atau anomali akibat formasi / struktur batuan.
gambar 2 Intensitas Magnet Total Shaded
Harga anomali magnetik di-plot pada posisi titik pengamatan dan dibuat
kontur, yaitu garis-garis yang menghubungkan titik-titik daengan harga
anomali magnetik yang sama. Peta kontur
anomali magnetik pada umumnya diberi kode warna sesuai dengan harga anomali
magnetik dan diberi efek pencahayaan sehingga menimbulkan efek relief (colour
shaded relief). Hal tersebut dimaksudkan
untuk memperjelas dan mempermudah interpretasi kualitatif.
Peta anomali magnetik yang diperoleh dari pengolahan data
awal sebagaimana dijelaskan di atas pada dasarnya merupakan produk utama dari
suatu survey geomagnet. Berdasarkan peta
tersebut dapat dilakukan interpretasi kualitatif. Meskipun demikian masih diperlukan pengolahan
data tingkat lanjut (advanced data processing) untuk membantu interpretasi
kualitatif dan menyiapkan data untuk pemodelan.
Fenomena kemagnetan bersifat dipolar (dwi-kutub) sehingga
suatu formasi batuan yang termagnetisasi umumnya menghasilkan anomali magnetik
yang terdiri dari pasangan anomali positif (tinggi) dan negatif (rendah). Pasangan anomali tinggi dan rendah tersebut
membujur dalam arah Utara – Selatan sebagaimana arah medan magnet utama
bumi. Posisi “benda anomali” (anomalous
body) penyebab timbulnya anomali magnetik tidak dapat diperkirakan secara tepat
karena umumnya berada diantara anomali rendah dan anomali tinggi.
Kompleksitas anomali magnetik semakin meningkat dengan adanya
tumpang-tindih (overlapping) efek dari berbagai benda anomali. Pengolahan data tingkat lanjut diperlukan
untuk membantu interpretasi kualitatif melalui proses peningkatan citra (image
enhancement), transformasi atau reduksi, pemisahan komponen-komponen anomali
(anomaly separation) dan sebagainya.
Pengolahan data lanjut pada dasarnya adalah proses
pem-filter-an (filtering) menggunakan analisis spektral. Data dalam domain ruang (spasial) ditransformasi
ke dalam domain frekuensi spasial, dikalikan dengan fungsi filter dan hasilnya
ditrasformasi kembali ke dalam domain ruang.
Transformasi data dari domain ruang ke domain frekuensi spasial dan
sebaliknya menggunakan algoritma Fast Fourier Trasnsform (FFT) 2-D. Perangkat lunak yang digunakan untuk
pengolahan data lanjut tersebut adalah GEOSOFT dan OASIS-MONTAJ dari Geosoft
Inc., GEOMAGIX dari Geometrics Inc. serta SURFER dari Golden Software Inc.
gambar 3 Pemodelan Susceptibility 1
Untuk
mengetahui gambaran yang lebih jelas khususnya mengenai distribusi anomali
magnetik yang direfleksikan oleh parameter susceptibilitas secara 3D maka dilakukan tahapan pemodelan
3D. Metoda inversi 3 dimensi data magnetik dilakukan seperti yang terdapat pada
paper Yudsitira dan Grandis (2001), dengan menerapkan metoda yang dijabarkan oleh Fedi
dan Rapolla (1999). Faktor model-smoothing digunakan dalam meresolusi inversi
matriks data magnetik dengan menggunakan metoda Singular Value Decomposition
(SVD) (Press, dkk., 1987).
Hasil 3D modeling tersebut dapat ditransfer kedalam program
SURPAC/Oasis Montaj 3D untuk dilakukan perhitungan cadangan deposit, sehingga diperoleh
informasi ekonomis dari bijih besi di daerah survey
gambar 3 Pemodelan Susceptibility 2
gambar 3 Pemodelan Susceptibility 3