Senin, 07 Oktober 2013

Software


  1. UBC GIF Profesional
  2. Oasis Montaj
  3. Minescape
  4. Surpac
  5. Petrel
  6. ProMax
  7. Vista Processing
  8. HRS

Selasa, 01 Oktober 2013

Tentang Geofisika

Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun secara horizontal.

Dalam sekala berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu eksplorasi mineral dan pertambangan termasuk minyak dan gas bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi geoteknik(penentuan pondasi bangunan,retakan dan pipa.

Di indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi negri yang ada. Biasanya geofisika masuk dalam fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam(MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu fisika yang kuat, atau ada juga yang memasukanya  ke dalam bagian dari Geologi. Saat ini, baik geofisika maupun geologi hampir menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan ilmu bumi.

Bidang kajian ilmu geofisika meliputi meteorologi(udara), geofisika bumi padat dan oseanografi(laut).

Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat misalnya seismologi yang mempelajari gempa bumi, ilmu tentang kegunungapian(Gunung Berapi) atau vulkanologi, geodinamika yang mempelajari dinamika pergerakan lempeng-lempeng di bumi, dan eksplorasi seismi yang digunakan untuk pencarian hidrocarbon(minyak dan gas bumi).

METODE-METODE GEOFISIKA

Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang di maksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi,medan magnetik, medan listrik dan medan elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktivitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman signal radar dan lain sebagainya.

Secara praktis, metode yang umum digunakan dalam geofisika tampak tabel di bawah ini:


Contoh Metode Seismik

gambar 1 skema perekaman gelombang dari transmitter ke receiver survey seismik

gambar 2 Gather data seismik hasil perekaman

gambar 3 Hasil stack pengolahan data seismik 

Contoh Metode GPR


gambar 4 Skema Metode GPR


gambar 5 Pengambilan data GPR frekuensi 25MHz
gambar 6 Pengambilan data GPR frekuensi 200MHz

gambar 7 Hasil Perekaman data GPR untuk lapisan dan pipa

gambar 8 Hasil perekaman data GPR untuk pipa dan geoteknik





Teori Tentang Metode Gravity


TEORI UMUM


Teori yang mendasari metoda gayaberat adalah hukum Newton mengenai gaya tarik antara dua massa benda. Hukum Newton menyatakan bahwa besarnya gaya tarik menarik antara dua benda yang mempunyai masa m1 dan m2 dengan jarak r dinyatakan sebagai berikut:




Gaya persatuan masa dari suatu partikel m1 yang mempunyai jarak r dari m2 disebut medan gayaberat dari partikel m1 dapat dinyatakan sebagai berikut:


karena medan ini bersifat konservatif, maka medan gaya berat dapat dinyatakan sebagai gradien dari suatu fungsi potensial skalar U(r), dapat ditulis sebagai berikut:


Potensial gaya berat disuatu titik pada ruang bersifat penjumlahan, sedangkan potensial gaya berat dari distribuasi massa yang kontinu disuatu titik di luar distribusi massa tersebut dapat diselesaikan dalam bentuk integral.
gambar 1 Potensial tiga dimensi(Telford et al., 1967)

Jika massa yang terdistribusi kontinu mempunyai rapat masa p(ro) di dalam volume(v) maka potensial disuatu titip P diluar V adalah:


Jika integral volume diambil untuk seluruh bumi, maka didapatkan potensial gaya berat di ruang bebas, sedangkan medan gaya berat diperoleh dengan mendeferensialkan potensial tersebut.


Medan gaya berat yang disebabkan oleh bumi disebut juga percepatan gaya berat atau percepatan jatuh bebas, dengan simbol g. Nilai medan gaya berat dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dari persamaan di atas, diperoleh nilai percepatan gaya berat g di permukaan bumi yang bervariasi. Percepatan gaya berat bumi dipengaruhi oleh distribusi massa di bawah permukaan yang ditunjukan oleh fungsi densitas dan bentuk bumi yang sebenarnya, yang ditunjukan oleh batas integral di atas. Dalam satuan internasional (SI), pengukuran gaya berat digunakan satuan gal. Untuk konversi percepatan gaya berat digunakan:

Nilai g tergantung pada bentuk bumi sebenarnya dan volume distribusi massa di dalam bumi yang dinyatakan sebagai fungsi   

Lihat tentang gaya berat: http://www.youtube.com/watch?v=9P6GEpxFtSY

Dalam penelitian survey gaya berat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data dan interpretasi terhadap data yang telah diproses.
   
PENGUKURAN LAPANGAN

Pengukuran metoda gayaberat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan titik ikat dan pengukuran titik-titik gayaberat.  Sebelum survei dilakukan perlu menentukan terlebih dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil, mudah dikenal dan dijangkau.  Base station jumlahnya bisa lebih dari satu tergantung dari keadaan lapangan.  Masing-masing base station sebaiknya dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi, nama tempat, skala dan petunjuk arah.  Base station yang baru akan diturunkan dari nilai gayaberat g_obs yang mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) yang terletak di daerah penelitian. TTG tersebut pada dasarnya telah terikat dengan jaringan Gayaberat Internasional atau ”International Gravity Standardization Net”, (IGSN 71).
Pengukuran data lapangan meliputi pembacaan gravity meter juga penentuan posisi, waktu dan pembacaan barometer serta suhu. Pengukuran gayaberat pada penelitian ini menggunakan alat gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 berketelitian 0,03 mGal/hari atau ± 0,1 mGal/bulan.  Penentuan posisi dan waktu menggunakan Global Positioning System (GPS) Garmin, sedangkan pengukuran ketinggian menggunakan Barometer Aneroid Precission dan termometer.  Pengukuran pada titik-titik survei dilakukan dengan metode kitaran/looping dengan pola A-B-C-D-A, dengan ‘A’ adalah salah satu cell center (CC) yang merupakan base station setempat.  Jarak antar titik pengukuran pada keadaan normal ± 5 km, tergantung dari medan yang akan diukur dengan pertimbangan berdasarkan pada kecenderungan (trend) geologi di daerah survei.
Metode kitaran/looping diharapkan untuk menghilangkan kesalahan yang disebabkan oleh pergeseran pembacaan gravity meter.  Metode ini muncul dikarenakan alat yang digunakan selama melakukan pengukuran akan mengalami guncangan, sehingga menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut.

PEMROSESAN DATA

Pemrosesan data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data gayaberat, secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar dan proses lanjutan.  Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat di lapangan sampai diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik amat.  Proses tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: konversi pembacaan gravity meter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift correction), koreksi pasang surut (tidal correction), koreksi lintang (latitude correction), koreksi udara bebas (free-air correction), koreksi Bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh nilai anomali Bouguer Sederhana (ABS) pada topografi.), dan koreksi medan (terrain correction).  Pemrosesan data tersebut menggunakan komputer dengan software MS. Excel.  Proses lanjutan merupakan proses untuk mempertajam kenampakan/gejala geologi pada daerah penyelidikan yaitu pemodelan dengan menggunakan software Surfer 8 dan GRAV2DC.  Beberapa koreksi dan konversi yang dilakukan dalam pemrosesan data metoda gayaberat, dapat dinyatakan sebagai berikut :
a.  Konversi Pembacaan Gravity Meter
Pemrosesan data gayaberat dilakukan terhadap nilai pembacaan gravity meter untuk mendapatkan nilai anomali Bouguer.  Untuk memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap titik amat, maka dilakukan konversi pembacaan gravity meter menjadi nilai gayaberat dalam satuan milligal.  Untuk melakukan konversi memerlukan tabel konversi dari gravity meter tersebut. Setiap gravity meter dilengkapi dengan tabel konversi.
Cara melakukan konversi adalah sebagai berikut:
  1. Misal hasil pembacaan gravity meter 1714,360.  Nilai ini diambil nilai bulat sampai ratusan yaitu 1700.  Dalam tabel konversi (Tabel 3.1) nilai 1700 sama dengan 1730,844 mGal.
  2. Sisa dari hasil pembacaan yang belum dihitung yaitu 14,360 dikalikan dengan faktor interval yang sesuai dengan nilai bulatnya, yaitu 1,01772 sehingga hasilnya menjadi 14,360 x 1,01772 = 14.61445 mGal.
  3. Kedua perhitungan diatas dijumlahkan, hasilnya adalah (1730,844 + 14.61445) x CCF = 1746.222 mGal. Dimana CCF (Calibration Correction Factor) merupakan nilai kalibrasi alat Gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 sebesar 1.000437261.
   Tabel  Kutipan contoh  tabel konversi gravity meter type G.525.
Pembacaan
Counter
Nilai Dalam
mGal
Interval
Faktor
1600
1629.070
1.01774
1700
1730.844
1.01772
1800
1832.616
1.01770

gambar flow standar pengolahan data gravity 

Email: seisxplore@gmail.com
Wordpress: seisxploresurvey.wordpress.com
HP: 082114266358

Senin, 30 September 2013

About Us

Seisxplore Survey bergerak dibidang eksplorasi geofisika yang menyajikan dan menyediakan jasa survey pengukuran dan pengolahan data serta menyediakan data airborne gravity,magnetik,dan satelit seluruh Indonesia.

Kami mempunyai pengalaman dibidang geofisika dari pengolahan data dan interpretasi Magnetik,Gravity,Resistivity,GPR,MT,Seismik. Selain itu, kami berpengalaman dalam QC data lapangan dan survey data lapangan(pengambilan data) baik untuk eksplorasi minyak,gas,biji besi,nikel,timah,dan barang tambang lainya juga untuk survey geoteknik(Pipa,rekahan,longsoran),arkeologi,geology subsurface(batas rawah dan sungai/danau).
  1. Pengolahan Data dan Interpretasi:
    • Gravity--> Pengolahan data gravity dari koreksi data lapangan, QC,sehingga mendapatkan data AB,filtering(termasuk upward continuation dan lainya), sampai residual dan regional data gravity untuk medapatkan formasi yang diinginkan dalam domain mGal. Sedangkan untuk modelingnya dimulai dari forward modeling 2-D section, forward modeling 3-D, interpreatsi kualitatif, sampai dengan inversi modeling 3-D beserta modeling sesar dalam surface 3-D.
    • Magnetik-->Pengolahan data magnetik yang standar dilakukan adalah koreksi-koreksi dan pengeditan sehingga didapatkan data TMI(Total Magnetic Intensity) atau Intensitas magnet total,RTP(Reduce To Pole),RTE(Reduce To Equator),Upward Contunation,Downward Continuation,Bandpass dan filter yang lainya, serta penentuan susceptibility.Sedangkan untuk Interpretasi dimulai dari interpretasi kualitatif,modeling 3-D,forward modeling,inversi modeling,dan menentukan nilai susceptibility dalam 3-D, dan penentuan cadangan terkira dan terukur(kombinasi dengan data geologi).
    • Ground Penetrating Radar(GPR)-->Untuk data GPR kami bisa memproses ulang(reprocessing),interpretasi data,modeling 3-D,dan juga estimasi cadangan terkira dari data GPR dan data pendukung. Selain itu, kami berpengalaman di pengambilan data baik untuk target dalam maupun dangkal seperti eksplorasi batubara,sedimen,pasir besi,geology subsurface,pipa,UXO,geoteknik dan lainya. Alat yang biasa kami gunakan yaitu dari MALA dan GSSI untuk tiap type frekuensi dan system.
    • Seismik-->Processing seismic Land 2-D,Marine 2-D,Analisis struktur dan fluida,korelasi dengan data Gravity dan Magnetik dalam 3-D.
   2.  Akuisisi dan QC(Quality Control)
    • Positioning(GPS R3,Total Station,GPS HH)
    • Akuisisi Magnetik
    • Akuisisi GPR(Frekuensi 800Mhz,500MHz,400MHz,200Mhz,80MHz,40MHz,25MHz)
    • Akuisisi Gravity
    • Akusisi MT(Magnetotelurik)
    • Akuisisi Seismik
    • Akuisisi Resisitivity   

   3. Service Alat-alat Geofisika(Geometric G-856,Geophone,Resistivity)






Mail: seisxplore@gmail.com
+6282114266358

Jumat, 27 September 2013

ADVANCED GRAVITY DAERAH JAWA

kerangka Tektonik Pulau Jawa

Fisiografi dan konfigurasi tektonik kepulauan Indonesia masa kini yang komplek merupakan hasil interaksi sejak Neogen tiga lempeng litosfer utama, Lempeng Filipina yang bergerak (10 cm/th) ke arah NNW, lempeng Indo-Australia yang bergerak 8 cm/th ke arah NNE dan lempeng Eurasia yang stasioner yang bergerak jauh lebih lambat ke arah SE 4cm/th.

Berdasarkan karakteristik geologi dan geofisika, Simanjuntak dan Barber (1996) membagi wilayah kepulauan Indonesia menjadi 5 wilayah yaitu (1) wilayah tenggara lempeng Eurasia yang membentuk wilayah craton kontinental daratan sunda(Sundaland) yang meliputi Sumatera, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat, (2) wilayah lempeng samudera Laut filipina di timurlaut, (3) wilayah craton benua Australia, keutara meliputi Irian Jaya dan Paparan Arafura dan Sahul, (4) wilayah lempeng samudera Hindia, (5) wilayah zona yang menandai zona interaksi lempeng masa kini dengan seismisitas yang aktif dan vulkanisme mulai dari bagian barat Sumatera, Jawa, kepulauan Nusa Tenggara dan Banda, Utara Irian melalui Sulawesi dan Maluku, kearah utara ke kepulauan Filipina. Di zona ini subduksi lempeng tetap aktif serta dicirikan oleh lempeng-lempeng mikrokontinen yang membentuk zona-zona tumbukan.

gambar .. Kerangka tektonik wilayah Kepulauan Indonesia( Simanjutak dan Barber)

gambar .. Tipe-tipe jalur orogen Neogen Indonesia

Interaksi lempeng-lempeng yang membentuk kepulauan Indonesia menghasilkan berbagai tipe jalur orogen. Simanjutak dan Barber ( 1996) mengenali enam tipe jalur orogen.
  1. Orogen Sunda di Jawa dan Nusa Tenggara : Melibatkan subduksi lempeng samudera dengan arah tegaklurus menghasilkan jalur orogen tipe andean beserta palung, komplek akresi, cekungan depan busur, busur magmatik dimana gunung api tumbuh di tepi kontinen sundaland
  2. Orogen Barisan di Sumatera: dengan arah konvergen miring sehingga menghasilkan sistem datar mendatar Sumatera pada busur magmatiknya, dan sepanjang sesar ini pula suatu segmen kerak kontinen bergerak ke arah utara di sepanjang bagian barat Sundaland
  3. Orogen Talaud di bagian utara laut Maluku: Konvergensi unsur magmatik Oceanic Sangihe dan Halmahera dengan lempeng laut Maluku.
  4. Orogen Sulawesi di Sulawesi Timur: tumbukan blok-blok mikrokontinen dengsn sistem subduksi di sepanjang tepi tumur sundaland.
  5. Orogen Banda di kepulauan Banda, di wilayah antara pulau Sumba dan Tanimbar: tumbukan antara tepi utara kontinen Australia dengan sistem subduksi di sepanjang bagian selatan busur Sunda.
  6. Orogen Melanesia di pulau Papua: suatau tahapan lebih lanjut tumbukan tepi utara kontinen Australia dengan busur magmatik pada lempeng laut Filipina yang dimulai pada Miosen awal.

Aktivitas orogen di sebagian besar jalur-jalur orogen ini dimulai pada kala Miosen tengah dan proses orogenik masih tetap berlangsung sampai sekarang.

Pembagian kepulauan Indonesia menjadi 6 tipe jalur orogen di atas menunjukan pulau jawa merupakan pulau utama yang penting di Indonesia bgaian barat di samping pulau Sumatera dan Kalimantan. memahami perkembangan tektonik  pulau Jawa berarti mengetahui bagian utama dari tektonik Inndonesia bagian barat. Tataan tektonik pulau Jawa yang menunjukan ciri khas produk interaksi konvergen antara lempeng samudera dan lempeng benua. Lempeng samuderanya adalah lempeng Indo-Australia yang bergerak ke uatara dan menunjam di bawah lempeng benuanya yakni lempeng Eurasia yang relatif stabil dan disini diwakili oleh paparan Sunda. Pertemuan lempeng ini menghasilkan busur vulkanik busur dan jalur penunjaman, atau palung dan telah berlangsung sejak zaman akhir kapur-paleosen(100-52 juta tahun).

Struktur Regional Pulau Jawa

Jalur penunjaman kapur-paleosen yang ditunjukan oleh singkapan batuan kompek melange Luk-Ulo-karangsambung (Asikin, 1974; Hamilton, 1974; Suparka; 1988; Parkinson et al., 1998) mempunyai arah umum struktur TL-BD yang mengarah ke arah pegunungan Meratus di ujung tenggara Kalimantan. Pulunggono dan Martodjojo (1994) mengenai tiga arah struktur utama di pulau Jawa: Arah timurlaut-Baratdaya atau pola Meratus, arah utara-selatan atau pola Sunda, dan arah timur-barat atau pulau Jawa. Disamping tiga arah struktur utama ini, masih terdapat satu arah strutkur utama lagi, yaitu arah baratlaut-tenggara yang disebut pola Sumatera (Satyana, 2007). Pola Meratus dominan di kawasan lepas pantai utara, ditunjukan oleh ketinggian-ketinggian karimunjawa, Bawean, Masalembo dan pulau Laut( Guntoro, 1996). Di pulau Jawa arah ini terutama ditunjukan oleh pola struktur batuan tersier di daerah Luk Ulo, kebumen  Jawa Tengah. Pola Sunda yang berarah utara selatan umum terdapat di lepas pantai utara Jawa barat dan di daratan di bagian barat wilayah jawa barat. Arah ini tidak nampak di bagian timur pola Meratus. Pola jawa yang berarah timur barat merupakan pola yang mendominasi daratan pulau jawa, baik struktur sesar maupun struktur lipatanya. 

Di Jawa Barat pola diwakili oleh sesar Baribis, serta sesar sungkup dan lipatan di dalam Zona Bogor. Di jawa Tengah sesar sungkup dan lipatan di Zona Serayu utara dan serayu selatan mempunyai arah hampir barat-timur. Di Jawa Timur pola ini ditunjukan oleh sesar-sesar sungkup dan lipatan do zona Kendeng. Struktur arah Sumatera terutama terdapat di wilayah jawa barat dan di jawa tengah bagian timur struktur ini sudah tidak tampak lagi.

gambar 1 Pola struktur di Pulau Jawa berupa pola Meratus, pola Sunda dan arah Timur-Barat( Sujanto dan Sumantri, 1977 dalam natalia dkk, 2010)



gambar ,,, Pola struktur dan sesar di pulau Jawa( Natalia dkk, 2010)

gambar 3 Anomaly Bouguer daerah Jawa

gambar 4 Daerah fokus study advanced gravity

gambar 5 slice surface anomaly bouguer

gambar 3-a slice surface anomaly bouguer
gambar 6 section 2D surface anomaly bouguer
gambar 7-a 3-D view anomaly bouguer fokus study
gambar 7-a 3-D view anomaly bouguer fokus study

gambar 8 Data Regional Upward Continuation 15000m

gambar 9 Elevasi dan contour data AB

gambar 10 Data Regional Upward Continuation 5000m




Email: seisxplore@gmail.com
Wordpress: seisxploresurvey.wordpress.com
HP: 082114266358

INTERPRETASI KUALITATIF DATA GRAVITY PADA BASEMENT

gambar 1 slice depth basement 

gambar 2 3D view hasil inversi data gravity

gambar 3 pemodel sesar pada data gravity_basement 1

gambar 4 pemodel sesar pada data gravity_basement 2

gambar 4 pemodel sesar pada data gravity_basement 3

gambar 5 solid model data gravity

ADVANCED GRAVITY DATA AIRBORNE UNTUK EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI

gambar .. Data Regional 15km

gambar 1 data seismik


gambar 2 forward model data gravity pada line 1
gambar 3 forward model data gravity pada line 6

gambar 4 forward model data gravity pada line 8

gambar 5 penampang horizontal dan perbandingan dengan data seismik

gambar 6 morofologi basement
gambar 7 morfologi basement

gambar 8 morfologi tiap formasi 




EKSPLORASI ANDHESIT DENGAN METODE MAGNET

Pada artikel lainya saya sudah menjelaskan kegunaan metode magnet untuk eksplorasi batubara dan juga untuk eksplorasi barang tambang lainya, selain itu pada saat ini industri mencari bahan barang lain yang diperuntukan untuk hal-hal tertentu antara lain batuan andhesit atau vulkanik. 

Prinsipnya sama, yaitu pada pengukuran geomagnet analisis yang dilakukan yaitu nilai dari susceptibilitinya yang berkorelasi dengan nilai kemagnetan batuan subsurface. nilai kemagnetan yang ada di batuan di dalam bumi merupakan nilai gabungan dari berbagai banyak batuan,mineral dan lainya sehingga tidak serta merta kita melakukan interpretasi dari data magnet(TMI).

gambar 1 lintasan survey magnetik

Sebenarnya eksplorasi andhesit atau biasa disebut bahan tambang galian C sangat mudah untuk dilakukan eksploitasi ketika ada singkapan yang muncul ke permukaan, dengan mapping regional dan detail akan bisa di tentukan sebaran dan estimasi cadanganya apalagi ditambah dengan hasil tespit atau data bor.

Metode ini membantu kita dalam eksplorasi tersebut ketika andhesit itu sendiri tidak muncul ke permukaan atau insitu dan tidak ada singkapan sama sekali, ini akan menyulitkan interpretasi dan kalkulasi cadangan. Andhesit merupakan batuan yang mempunyai nilai kemagnetan yang tinggi karena masuk ke dalam benda dengan kandungan mineral yang tinggi terutama besi dan lainya. 
Dalam data magnetik, nilai andhesit berkisar 41000nT> sehingga identifikasinya mudah jika di kelompokan dengan batuan sekitar atau sedimen. Batuan andhesit umumnya berupa intrusi atau lava yang menyebar ke permukaan atau dalam keadaan horizontal sehingga ketika dilakukan slice kedalaman akan terlihat bahwa andhesit tersebut menyebar atau intrusi. selain itu anomaly yang ada di data magnetik sendiri ketika dilakukan reduce to pole akan terlihat secara permukaan bahwa anomaly tinggi tersebut bersifat menyebar atau mengerucut.

gambar 2 data lidar

Contoh di bawah merupakan daerah dengan nilai kemagnetan tinggi, data dari bor adanya ketebalan andhesit yang berkisar dari kedalaman 10-70 meter, ini mengindikasikan bahwa andhesit yang ada bersifat menyebar, tetapi dari data magnet bukan hanya identifikasi itu tetapi apakah di daerah lain sifatnya sama dengan data yang ada di daerah yang sudah di bor. Hasil korelasi data lapangan dengan data magnetik adanya kecocokan.
Setelah dilakukan slice kedalaman adanya sifat yang sama. Nilai magnetik sendiri cukup tinggi didaerah tersebut. Informasi tersebut bisa dilihat dari foto udara(lidar) yang mencirikan daerah tersebut merupakan daerah datar, kalaupun ada andhesit berarti sifatnya menyebar bukan intrusi.

gambar 3 hasil pengukuran survey magnetik