Jumat, 21 Juni 2013

EKSPLORASI BIJI BESI DENGAN METODE GEOMAGNET(1)

Metoda geomagnet adalah salah satu metoda eksplorasi geofisika yang memanfaatkan fenomena kemagnetan bumi untuk memperkirakan struktur atau kondisi geologi bawah-permukaan (subsurface). Medan magnet bumi secara global berorientasi / memiliki arah Utara – Selatan.  Kemagnetan batuan secara umum diasumsikan sebagai hasil proses induksi dengan arah yang sama dengan medan magnet utama bumi.  Medan magnet utama bumi menginduksi mineral-mineral yang bersifat magnetik yang terdapat pada formasi batuan tertentu.

Pada survey geomagnet dilakukan pengukuran medan magnet total yang merupakan superposisi antara medan magnet bumi dan induksi pada batuan.  Titik-titik pengamatan terletak pada lintasan yang ber-arah Utara – Selatan.  Jarak antar titik pengukuran dalam satu lintasan harus cukup rapat untuk mendeteksi adanya anomali, sedangkan jarak antar lintasan dapat dibuat relatif lebih jarang. 

Berdasarkan hal tersebut, formasi batuan yang menimbulkan anomali magnetik dan dapat dideteksi oleh survey geomagnet terutama adalah formasi yang membujur (elongated) dalam arah Barat – Timur.  Untuk mencakup daerah survey secara menyeluruh maka disarankan lintasan pengukuran ber-arah Utara – Selatan dengan jarak antar lintasan sekitar 25 meter sedangkan jarak antar titik pengamatan dalam satu lintasan adalah 10 meter.

gambar 1 Intensitas Magnet Total 

Data yang telah ter-rekam pada magnetometer, baik yang digunakan untuk pengukuran di titik pengamatan dan di Base Station di-transfer (download) ke komputer notebook.  Koreksi diurnal merupakan langkah awal dalam pengolahan data magnetik.  Koreksi diurnal bertujuan untuk mengkoreksi hasil pengukuran pada titik pengamatan terhadap adanya variasi medan magnet harian (variasi temporal) sehingga hasil pengukuran tersebut secara murni menggambarkan variasi spasial atau anomali akibat formasi / struktur batuan

gambar 2 Intensitas Magnet Total Shaded


Harga anomali magnetik di-plot pada posisi titik pengamatan dan dibuat kontur, yaitu garis-garis yang menghubungkan titik-titik daengan harga anomali magnetik yang sama.  Peta kontur anomali magnetik pada umumnya diberi kode warna sesuai dengan harga anomali magnetik dan diberi efek pencahayaan sehingga menimbulkan efek relief (colour shaded relief).  Hal tersebut dimaksudkan untuk memperjelas dan mempermudah interpretasi kualitatif.

Peta anomali magnetik yang diperoleh dari pengolahan data awal sebagaimana dijelaskan di atas pada dasarnya merupakan produk utama dari suatu survey geomagnet.  Berdasarkan peta tersebut dapat dilakukan interpretasi kualitatif.  Meskipun demikian masih diperlukan pengolahan data tingkat lanjut (advanced data processing) untuk membantu interpretasi kualitatif dan menyiapkan data untuk pemodelan. 

Fenomena kemagnetan bersifat dipolar (dwi-kutub) sehingga suatu formasi batuan yang termagnetisasi umumnya menghasilkan anomali magnetik yang terdiri dari pasangan anomali positif (tinggi) dan negatif (rendah).  Pasangan anomali tinggi dan rendah tersebut membujur dalam arah Utara – Selatan sebagaimana arah medan magnet utama bumi.  Posisi “benda anomali” (anomalous body) penyebab timbulnya anomali magnetik tidak dapat diperkirakan secara tepat karena umumnya berada diantara anomali rendah dan anomali tinggi.


Kompleksitas anomali magnetik semakin meningkat dengan adanya tumpang-tindih (overlapping) efek dari berbagai benda anomali.  Pengolahan data tingkat lanjut diperlukan untuk membantu interpretasi kualitatif melalui proses peningkatan citra (image enhancement), transformasi atau reduksi, pemisahan komponen-komponen anomali (anomaly separation) dan sebagainya. 
Pengolahan data lanjut pada dasarnya adalah proses pem-filter-an (filtering) menggunakan analisis spektral.  Data dalam domain ruang (spasial) ditransformasi ke dalam domain frekuensi spasial, dikalikan dengan fungsi filter dan hasilnya ditrasformasi kembali ke dalam domain ruang.  Transformasi data dari domain ruang ke domain frekuensi spasial dan sebaliknya menggunakan algoritma Fast Fourier Trasnsform (FFT) 2-D.  Perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan data lanjut tersebut adalah GEOSOFT dan OASIS-MONTAJ dari Geosoft Inc., GEOMAGIX dari Geometrics Inc. serta SURFER dari Golden Software Inc.
gambar 3 Pemodelan Susceptibility 1

Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas khususnya mengenai distribusi anomali magnetik yang direfleksikan oleh parameter susceptibilitas  secara 3D maka dilakukan tahapan pemodelan 3D. Metoda inversi 3 dimensi data magnetik dilakukan seperti yang terdapat pada paper Yudsitira dan Grandis (2001),  dengan menerapkan metoda yang dijabarkan oleh Fedi dan Rapolla (1999). Faktor model-smoothing digunakan dalam meresolusi inversi matriks data magnetik dengan menggunakan metoda Singular Value Decomposition (SVD) (Press, dkk., 1987).

Hasil 3D modeling tersebut dapat ditransfer kedalam program SURPAC/Oasis Montaj 3D untuk dilakukan perhitungan cadangan deposit, sehingga diperoleh informasi ekonomis dari bijih besi di daerah survey
gambar 3 Pemodelan Susceptibility 2


gambar 3 Pemodelan Susceptibility 3



Tidak ada komentar:

Posting Komentar