Kamis, 20 Juni 2013

APLIKASI GPR UNTUK IDENTIFIKASI KEDALAMAN DASAR SUNGAI/DANAU DAN RAWA


Metode GPR untuk identifikasi dasar sungai/subbottom profiling bisa menggunakan frekuensi alat yang lebih kecil dibawah 100MHz. Pemilihan frekuensi sebenarnya tergantung kebutuhan dilapangan,tapi untuk mendapatkan dasar sungai lebih besar dari 10meter lebih baik menggunakan frekuensi <100MHz. Selain itu ketika kita melakukan pengukuran diatas air maka ada penyerapan energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan transmitter ke receiver. Sehingga sangat penting dalam memilih jenis frekuensi yang akan digunakan. Dalam tulisan ini pengambilan data menggunakan frekuensi 25MHz dari MALA. Frekuensi ini lebih spesifik untuk kebutuhan skin depth yang lebih dalam sehingga ketika ada lapisan yang menjadi penghambat(absorbsi), minimal setengah dari kedalaman maksimal bisa digunakan untuk dilakukan interpretasi.


Prinsip Pengukuran GPR dan Radargram


Rawdata Radargram

Bentuk radargram yang dihasilkan dari pengukuran dipermukaan tanah dan air akan berbeda, ketika mengukur diatas tanah amplitudonya akan lebih kuat, tapi ketika pengukuran diatas sungai/air maka amplitudonya akan relatif lebih kecil dibandingkan dengan di darat. Selain itu parameter yang digunakan juga berpengaruh, ketika sampling frekuensi yang digunakan tinggi maka amplitudonya relatif lebih runcing jika dibandingkan dengan sampling frekuensi yang kecil. Kecil besar sampling frekuensi yang digunakan tergantung kebutuh dan kondisi daerah pengukuranya.

 Data statik pengukuran GPR

Selain data continue yang dilakukan di lapangan, pengukuran juga dilakukan untuk statiknya, ini berfungsi ketika informasi di lapangan tidak ada, atau data pendukung seperti data tespit, data bor dan lainya tidak tersedia. Hasil dari data statik ini akan sangat membantu dalam interpretasi lanjutan untuk korelasi dengan data continue sehingga ada kontrol baik dari batas lapisan dan kedalamanya.

Selain untuk kontrol, data statik juga membantu dalam melihat kedalaman tertentu yang tidak terekam dalam pengukuran continue. Dalam data statik batas lapisan akan terlihat lebih jelas, ini mirip dengan data seismik releksi yang di korelasi dengan data seismik VSP.

Hasil pengukuran GPR

Dari hasil radargram diatas menunjukan batas air dengan lumpur, begitu juga dengan batas lapisan kerasnya. Akan terlihat lebih dangkal hasil pengukuran GPR, ini ditunjukan dengan batas bawah perekaman hanya 40m yang seharusnya ketika dilakukan di darat akan terlihat batas bawahnya di 60m. 
Untuk mendapatkan kedalaman bisa dilakukan dengan mengkonversi nilai kecepatan dari tiap lapisan, bisa juga dilakukan dengan menggunakan sampel batimetri satu titik kedalaman dan dikorelasikan dengan data untuk mendapatkan konversi kedalaman yang lebih akurat.


 Korelasi data statik dan hasil pengukuran

 hasil pengukuran GPR 3D

 Gambaran horizontal topografi daerah rawa




Tidak ada komentar:

Posting Komentar